Pernyataan Abdullah Bin Baz bahwa Istighatsah itu syirik.

Dan di dalam Shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan
bahwa sesungguhnya Nabi Saw ditanya “Dosa apakah yang
paling besar?”, beliau menjawab
“(Dosa yang paling besar) ialah kamu menjadikan
(Tuhan) tandingan bagi Allah, padahal Dia-lah yang telah
menciptakanmu”.
Maka setiap orang yang menyeru selain Allah atau
beristighatsah, bernadzar, menyembelih dan memberikan
sesuatu dari jenis ibadah kepada selain Allah berarti ia telah
menjadikannya sebagai tandingan bagi Allah, baik ia seorang
Nabi, Wali, Malaikat, Jin, Berhala maupun makhluk–makhluk
lainnya.
Adapun meminta tolong kepada seseorang yang masih
hidup serta hadir untuk melakukan seseuatu yang dalam batas
kemampuannya, tidaklah termasuk perbuatan syirik. Akan
tetapi itu merupakan hal–hal biasa yang boleh dilakukan
sesama kaum muslimin, sebagaimana yang diabadikan Allah
dalam kisah Nabi Musa.
“Maka orang yang dari golongannya meminta
pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang yang dari
musuhnya” QS. Al Qashash : 15.
Dan dalam ayat lain tentang Musa, Allah berfrman:
“Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut
menunggu–nunggu dengan khawatir” QS. Al Qashash: 21.
Atau sebagaimana seseorang meminta bantuan teman–
temannya dalam peperangan atau dalam situasi–situasi sulit
lainnya, dimana sebagian orang membutuhkan bantuan
sebagian yang lain.
Sesungguhnya Allah telah memerintahkan Nabi-Nya
SWT untuk memaklumkan kepada umat manusia bahwa
dirinya tidak mempunyai kemampuan untuk memberi manfaat
dan tidak pula mendatangkan mudharat. Allah berfrman :
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku hanya menyembah
Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun
dengan-Nya”. Katakanlah: “Sesungguhnya aku tidak kuasa
mendatangkan sesuatu kemudharatan pun kepadamu dan
tidak (pula) sesuatu kemanfaatan” QS. Al Jin: 20-21.
Dan dalam surat Al A’raaf, Allah berfrman “Katakanlah:
“Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan
tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki
Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah
aku membuat kebajikan sebanyak–banyaknya dan aku tidak
akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi
peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang–orang
yang beriman” QS. Al A’raaf: 188. Dan banyak lagi ayat–
ayat yang semakna dengannya.
Nabi Saw tidak berdoa kecuali kepada Tuhannya dan
tidak meminta pertolongan melainkan kepada-Nya. ketika
perang Badr, beliau (saw) memohon bantuan (istighatsah)
dan pertolongan untuk mengalahkan musuhnya kepada Allah.
Tidak henti–hentinya beliau (saw) memohon dan bermunajat

kepada Allah seraya berkata “Wahai Tuhanku! Tunaikanlah
apa yang telah Engkau janjikan kepadaku!”, sampai–sampai
AbuBakar As-Shiddiq merasa belas kasihan kepadanya
dan berkata “Cukuplah sudah, wahai Rasulullah engkau
bermunajat kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Allah pasti
akan menepati janji-Nya kepadamu” lalu Allah menurunkan
frman-Nya:
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada
Tuhanmu lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya
Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan
seribu malaikat yang datang berturut–turut”. Dan Allah
tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan
sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tentetam
karenanya. dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”
QS. Anfaal: 9-10.
Di dalam ayat–ayat ini Allah mengingatkan mereka saat
mereka memohon bantuan kepada-Nya. Kemudian Allah
mengabarkan bahwa Dia telah mengabulkan permintaan
mereka dengan mengirim bala bantuan malaikat–malaikat.
Kemudian Dia menjelaskan bahwa kemenangan yang mereka
raih itu bukan karena bantuan malaikat itu, akan tetapi hanya
sekedar untuk menentramkan hati mereka dengan kemenangan
itu datangnya dari sisi Allah. dan di dalam surat Ali Imran,
Allah berfrman “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam
peperangan Badr, padahal kamu adalah (ketika itu) orang–
orang yang lemah. Karena itu bertawakkal kepada Allah,
supaya kamu mensyukuri-Nya” QS. Ali Imran: 123.
Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa Dia-lah
Sang Penolong mereka pada hari peperangan Badr. dengan
demikian, diketahui bahwa apa yang diberikan-Nya kepada
mereka berupa keselamatan, kekuatan dan bala bantuan
malaikat, semua itu hanyalah sebagai sebab (sarana
yang diberikan Allah) untuk mendapatkan kemenangan,
kegembiraan dan ketentraman. Dan pada hakikatnya
kemenangan itu bukan karena sebab–sebab itu, akan tetapi
berasal dari Allah semata.
Oleh sebab itu, bagaimana mungkin penulis wanita
ini dan selainnya menunjukkan permohonan bantuan dan
pertolongan kepada Nabi Saw dan berpaling dari Tuhan
semesta alam, Yang Maha Memiliki dan Maha Berkuasa atas
segala sesuatu?! Tidak diragukan lagi, ini adalah kebodohan
yang nista bahkan merupakan syirik besar.
Jawaban Habib Munzir Al Musawa:
Istighatsah adalah memanggil nama seseorang untuk
meminta pertolongannya, untuk sebagian kelompok muslimin
hal ini langsung di vonis syirik, namun vonis mereka itu
hanyalah karena kedangkalan pemahamannya terhadap
syariah islam,
Pada hakekatnya memanggil nama seseorang untuk
meminta pertolongannya adalah hal yang diperbolehkan
selama ia seorang Muslim, Mukmin, Shalih dan diyakini
mempunyai manzilah di sisi Allah swt, tak pula terikat ia masih hidup atau telah wafat, karena bila seseorang
mengatakan ada perbedaan dalam kehidupan dan kematian
atas manfaat dan mudharrat maka justru dirisaukan ia
dalam kemusyrikan yang nyata, karena seluruh manfaat
dan mudharrat berasal dari Allah swt, maka kehidupan dan
kematian tak bisa membuat batas dari manfaat dan mudharrat
kecuali dengan izin Allah swt, ketika seseorang berkata
bahwa orang mati tak bisa memberi manfaat, dan orang hidup
bisa memberi manfaat, maka ia dirisaukan telah jatuh dalam
kekufuran karena menganggap kehidupan adalah sumber
manfaat dan kematian adalah mustahilnya manfaat, padahal
manfaat dan mudharrat itu dari Allah, dan kekuasaan Allah
tidak bisa dibatasi dengan kehidupan atau kematian.
Sama saja ketika seorang berkata bahwa hanya dokter
lah yang bisa menyembuhkan dan tak mungkin kesembuhan
datang dari selain dokter, maka ia telah membatasi Kodrat
Allah swt untuk memberikan kesembuhan, yang bisa saja
lewat dokter, namun tak mustahil dari petani, atau bahkan
sembuh dengan sendirinya.
Terkadang kita tak menyadari bahwa kita lebih banyak
mengambil manfaat dalam kehidupan ini dari mereka yang
telah mati daripada yang masih hidup, sungguh peradaban
manusia, tuntunan ibadah, tuntunan kehidupan, modernisasi
dlsb, kesemua para pelopornya telah wafat, dan kita masih
terus mengambil manfaat dari mereka, muslim dan non
muslim, seperti teori Einstein dan teori–teori lainnya, kita
masih mengambil manfaat dari yang mati hingga kini, dari ilmu mereka, dari kekuatan mereka, dari jabatan mereka,
dari perjuangan mereka, cuma bedanya kalau mereka ini kita
ambil manfaatnya berupa ilmunya, namun para shalihin, para
wali dan muqarrabin kita mengambil manfaat dari imannya
dan amal shalihnya, dan ketaatannya kepada Allah.
Rasul saw memperbolehkan Istighatsah, sebagaimana
hadits beliau saw: “Sungguh matahari mendekat dihari
kiamat hingga keringat sampai setengah telinga, dan
sementara mereka dalam keadaan itu mereka beristighatsah
(memanggil nama untuk minta tolong) kepada Adam, lalu
mereka beristighatsah kepada Musa, Isa, dan kesemuanya
tak mampu berbuat apa apa, lalu mereka beristighatsah
kepada Muhammad saw” (Shahih Bukhari hadits no.1405),
juga banyak terdapat hadits serupa pada Shahih Muslim
hadits No.194, shahih Bukhari hadits No.3162, 3182,
4435, dan banyak lagi hadist–hadits shahih yang Rasul saw
menunjukkan ummat manusia beristighatsah pada para Nabi
dan Rasul, bahkan Riwayat Shahih Bukhari dijelaskan bahwa
mereka berkata pada Adam, Wahai Adam, sungguh engkau
adalah ayah dari semua manusia.. dst.. dst...
Dan Adam as berkata: “Diriku..diriku.., pergilah
pada selainku.., hingga akhirnya mereka berIstighatsah
memanggil–manggil Muhammad saw, dan Nabi saw sendiri yg
menceritakan ini, dan menunjukkan beliau tak mengharamkan
Istighatsah.
Maka hadits ini jelas-jelas merupakan rujukan bagi
istighatsah, bahwa Rasul saw menceritakan bahwa orang- orang beristighatsah kepada manusia, dan Rasul saw tidak
mengatakannya syirik, namun jelaslah Istighatsah di hari
kiamat ternyata hanya untuk Sayyidina Muhammad saw.
Demikian pula diriwayatkan bahwa dihadapan Ibn Abbas
ra ada seorang yang keram kakinya, lalu berkata Ibn Abbas ra:
“Sebut nama orang yang paling kau cintai..!”, maka berkata
orang itu dengan suara keras.. : “Muhammad..!”, maka dalam
sekejap hilanglah sakit keramnya (diriwayatkan oleh Imam
Hakim, Ibn Sunniy, dan diriwayatkan oleh Imam Tabrani
dengan sanad hasan) dan riwayat ini pun diriwayatkan oleh
Imam Nawawi pada Al Adzkar.
Jelaslah sudah bahwa riwayat ini justru bukan
mengatakan musyrik pada orang yang memanggil nama
seseorang saat dalam keadaan tersulitkan, justru Ibn Abbas ra
yang mengajari hal ini.
Kita bisa melihat kejadian Tsunami di aceh beberapa
tahun yang silam, bagaimana air laut yang setinggi 30 meter
dengan kecepatan 300km dan kekuatannya ratusan juta ton,
mereka tak menyentuh masjid tua dan makam makam shalihin,
hingga mereka yg lari ke makam shalihin selamat, inilah
bukti bahwa Istighatsah dikehendaki oleh Allah swt, karena
kalau tidak lalu mengapa Allah jadikan di makam–makam
shalihin itu terdapat benteng yang tak terlihat membentengi
air bah itu, yang itu sebagai isyarat Ilahi bahwa demikianlah
Allah memuliakan tubuh yang taat pada Nya swt, tubuh tubuh
tak bernyawa itu Allah jadikan benteng untuk mereka yang
hidup.., tubuh yang tak bernyawa itu Allah jadikan sumber Rahmat dan perlindungan Nya swt kepada mereka–mereka
yang berlindung dan lari ke makam mereka.
Kesimpulannya: mereka yang lari berlindung pada
hamba–hamba Allah yang shalih mereka selamat, mereka
yang lari ke masjid–masjid tua yang bekas tempat sujudnya
orang–orang shalih maka mereka selamat, mereka yang lari
dengan mobilnya tidak selamat, mereka yang lari mencari tim
SAR tidak selamat.
Pertanyaannya adalah: kenapa Allah jadikan makam
sebagai perantara perlindungan-Nya swt? kenapa bukan
orang yang hidup? kenapa bukan gunung? kenapa bukan
perumahan?.
Jawabannya bahwa Allah mengajari penduduk bumi ini
beristighatsah pada shalihin. (Walillahittaufq�

Tidak ada komentar:

Posting Komentar